Abu Bakar Ash-Shiddiq (573-634 M)
Sejarah Islam - Abu Bakar termasuk seorang laki-laki yang pertama kali masuk Islam, selain seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah sebelum dan sesudah kenabiannya. Dia juga menemani Rasulullah ketika berhijrah ke kota Madinah, dan mengikuti berbagai peperangan bersama Rasulullah. Dia digelari al-Shiddiq karena senantiasa membenarkan (shaddaqa) semua hal yang dibawa oleh Muhammad, atau karena dia tidak pernah berkata kecuali yang benar.Abu Bakar juga merupakan mertua Nabi saw. karena putrinya, Aisyah, dinikahi Nabi. Nabi pernah mengutusnya memimpin kaum Muslim melakukan ibadah haji sebagai penggantinya pada tahun kesembilan Hijriah. Selain itu, dia juga pernah mengganti kedudukan Nabi menjadi imam salat ketika Nabi sakit. Itulah antara lain yang mendorong kaum Muslim memilihnya sebagai khalifah setelah Rasulullah saw. wafat. Dialah khalifah pertama di antara para al-Khulafa' al-Rasyidun.
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang. Setelah masuk Islam, dia begitu cepat menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah Islam setelah Nabi. Dia terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, kesetiaan, dan kebijakan pendapatnya. Kalaupun dia hanya satu atau dua kali diangkat sebagai panglima perang oleh Nabi—tidak seperti Ali bin Abi Thalib yang sangat lincah dalam memimpin peperangan—hal itu barangkali disebabkan Nabi menghendaki agar Abu Bakar mendampinginya untuk bertukar pendapat atau berunding.
Kebijakan dan keteguhannya tampak pada hari-hari yang sangat kritis sepeninggal Rasulullah saw.. Ketika sebagian orang—antara lain Umar—tidak percaya bahwa Nabi telah wafat, Abu Bakarmembenarkannya. Abu Bakar pada saat itu menyampaikan khotbahnya yang sangat terkenal. Isinya antara Iain, "Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup, tidak mati." Abu Bakarmengingatkan mereka bahwa sesungguhnya dakwahnya hanyalah untuk Allah semata, untuk melaksanakan syariat-Nya, dan untuk mengesakan-Nya. Sedangkan, Rasulullah adalah seorang manusia yang memberi peringatan dan kabar gembira. Kalaupun Rasulullah meninggal dunia, ajaran-ajaran yang dibawanya tidak akan mati.
Tatkala para Muhajirin dan Anshar bertikai mengenai pengganti Rasulullah—pertikaian itu hampir saja menyulut pembunuhan dan perpecahan di antara mereka—peran Abu Bakar sangat besar dalam meredakan kekhawatiran orang Anshar terhadap tindakan semena-mena kaum Muhajirin. Dia berhasil mendamaikan mereka agar tetap hidup bersatu, menyingkirkan perpecahan dan permusuhan demi tegaknya agama Islam.
Ketika sebagian kabilah bangsa Arab enggan mengeluarkan zakat, dua minggu setelah dirinya diangkat sebagai khalifah, Abu Bakarberpendapat bahwa orang yang tidak mau mengeluarkan zakat itu murtad. Karena, barang siapa mengingkari zakat sebagai rukun Islam, hal itu akan berlanjut kepada pengingkaran yang lebih besar. Oleh karena itu, Abu Bakar merencanakan peperangan terhadap mereka meskipun sebagian sahabat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk itu, bahkan menakuti Abu Bakar bahwa jumlah musuh lebih banyak sehingga setan akan menungganginya sebagaimana layaknya dia menaiki tunggangan. "Demi Allah, jika mereka mencegahku untuk melakukan itu, aku akan tetap memerangi mereka. Aku akan meminta pertolongan kepada Allah. Karena, sesungguhnya Dia sebaik-baik penolong," tekad Abu Bakar.
Betapa banyak golongan yang jumlahnya sedikit tetapi mereka mampu mengalahkan golongan yang jumlahnya banyak dengan izin Allah. Dan Allah akan beserta orang-orang yang sabar. (QS 2:249).
Ketika banyak orang yang kembali kepada kepercayaannya semula setelah Rasulullah saw. meninggal dunia, dan muncul beberapa orang yang mengaku sebagai nabi, dengan segera Abu Bakar mengirimkan pasukan perang untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Apabila mereka enggan menerima ajakan itu, pasukan perang itu akan menyerang mereka dan tidak menerima siapa pun kecuali dia telah masuk Islam. Dengan tindakan ini, khalifah yang selalu dikenal dengan sifat kasih sayang dan kelembutannya, kini menampakkan keberanian, kekerasan, keaiauan yang dahsyat, agar kelemahan tidak merasuk ke dalam jiwa kaum Muslim. Negara baru yang masih sangat muda usinya telah menghadapi kendala berat yang hampir melemahkan dan membunuhnya.
Dengan kebijakannya, Abu Bakar menyadari bahwa jika Islam hendak disebarkan di antara kabilah-kabilah bangsa Arab, dia harus mengerahkan pasukannya untuk membuka daerah baru. Karena itu, pada masa kekhalifahannya dimulailah ekspedisi pasukan Islam secara besar-besaran. Dia mengutus pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid dan Mutsanna bin Haritsah ke Irak beserta Yazid bin Abu Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, dan 'Amr bin 'Ash ke Syam.
Abu Bakar meninggal dunia pada saat berkecamuknya Perang Yarmuk yang berlangsung selama tiga bulan dengan kemenangan di tangan kaum Muslim atas bangsa Romawi. Ketika dia mengkhawatirkan kaum Muslim akan kembali bertikai dan bertengkar mengenai pengganti dirinya sebagai khalifah, maka sebelum wafat, dia telah menetapkan'Umar bin al-Khathab sebagai khalifah kaum Muslim setelah dirinya.
Selama hayat hingga masa-masa menjadi khalifah, Abu Bakardapat dijadikan sebagai teladan dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kehati-hatian, dan kelemah-lembutan pada saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Dengan sikap seperti itu, dia mendapat penghormatan dan kepercayaan dari kaum Muslim. Sejarah akan tetap mengenangnya karena dia juga menjadi "penyambung lidah" Nabi. Selain itu, pada masa kekhalifahannya—tidak lebih dari dua tahun—dia mampu menegakkan tiang-tiang Islam, termasuk di luar Jazirah Arabia yang lebih luas. Dia dapat dikategorikan sebagai orang yang memulai babak baru dalam mendirikan imperium Arabia.
Baca Juga, Artikel Sebelumnya Seratus Tokoh dalam Islam;
Sumber : Husayn Ahmad Amin. 2001. Seratus Tokoh Islam Dalam Sejarah Islam. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Sumber:http://mata-air-ilmu-pusat-kecemerlangan.blogspot.co.id/2014/08/sejarah-islam-abu-bakar-ash-shiddiq.html
0 komentar:
Post a Comment