Kisah berikut kami ambilkan Dari status mas Rijalul Imam.
-----::
Percaya, Diam, dan Lihatlah ... ::-----
Seorang anak kecil sedang bermain sendirian
dengan mainannya. Ketika sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba mainannya itu
rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari
tadi sia sia saja. Akhirnya dia pun menyerah, dan mendatangi ayahnya agar
memperbaiki mainannya tersebut.
Sambil memperhatikan ayahnya memperbaiki
mainannya, dia selalu saja memberikan komentar kepada ayahnya, "Ayah, coba
lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya." Ayahnya
menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.
Maka dia memberi
komentar lagi, "Oh, bukan di situ yah, mungkin yang sebelah kanan, coba
lihat lagi deh yah." Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi
mainannya itu belum betul.
"Kalau begitu coba yang di bagian depan
yah, kali aja masalahnya ada di situ." Kali ini ayahnya marah,
"Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja ?
Jangan ganggu Ayah lagi ! Ayah masih banyak kerjaan lain." kata sang Ayah
sambil berlalu pergi meninggalkan anaknya.
Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk
memperbaikinya lagi, ternyata dia masih belum juga berhasil. Akhirnya dia
kembali lagi kepada ayahnya sambil merengek, "Tolonglah yah, aku suka
sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana ? Tolong Ayah betulkan supaya
bisa jalan lagi ya ?"
Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya,
si ayah akhirnya menyerah, "Baiklah Nak. Ayah akan memperbaiki mainanmu,
asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus Ayah lakukan.
Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh berkomentar."
Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya,
si anak mulai berkomentar lagi, "Jangan yang itu yah, kayaknya bagian lain
yang rusak."
Mendengar hal itu, kali ini ayahnya berkata,
"Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan
kamu berusaha sendiri." Karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan
apa yang dikatakannya, anak itu pun diam dan duduk manis sambil melihat ayahnya
memperbaiki mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa
pun.
Seperti anak kecil itu, kita pun sering kali
berserah kepada Allah SWT tapi masih ingin mengatur Allah SWT bagaimana
sebaiknya jalan hidup kita.
Jika saja kita bisa sepenuhnya pasrah kepada
kehendak Allah SWT, maka niscaya sungguh Allah SWT yang Maha Tahu dan sangat
mencintai kita akan memberikan apa-apa yang terbaik, lebih dari apa yang kita
pikirkan dan do'akan.
Percaya sepenuhnya tanpa ada keraguan dalam
menyerahkan urusan kita kepada Allah SWT. Itulah kuncinya.
0 komentar:
Post a Comment